ALI ASGHAR ENGINEER
MAKALAH
Disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen
Pengampu : Farichatul Maftuchah, M.Ag.
Disusun
Oleh :
1. Andi
Hidayat (1423301036)
2. Anik
Faizatul Syafa (1423301038)
3. Candra
Apriliani Eka P. (1423301039)
4. Defan
Zamathoriq (1423301040)
5. Dian
Alwiyasin (1423301041)
6. Laelatul
Hikmah (1423301055)
7. Nining
Khusniawati (1423301060)
8. Rona
Rohma Zidni (1423301070)
9. UciAgustina (1423301073)
1
PAI B
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti kelaziman dalam menelaah seorang
tokoh tertentu, pelacakan dan pemahaman atas kondisi social dan politik seorang
pemikir merupakan suatu keharusan. Hal ini disebabkan konstruksi pemikiran seseorang
tidak mungkin lahir dari sebuah kekosongan. Dorongan batin maupun pikiran yang
disertai dari kenyataaan historis melalui proses dialektika, interaksi, dan pergulatan dalam konteks spesifik seringkali
menjadi factor dominan dalam melahirkan ide segar seorang pemikir atau ideolog.
Lontaran pemikiran Engineer ini tidak
serta merta muncul begitu saja, melainkan adanya pengamatan terhadap realitas
yang terjadi, khususnya di India. Terdapat gejolak yang luar biasa dimana
agama-agama tersebar, dan secara teologis mengusung semangat ketuhanan, tetapi pada
kenyataannya bertolak belakang dengan esensi kedamaian dan kesejahteraan umat manusia.
Dia melihat begitu hebat konflik kelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama
dan banyak menelan korban.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Ali Asghar Engineer?
2. Bagaimana gagasan teologi pembebasan Ali
Asghar Engineer?
3. Bagaimana kritik Ali
Asghar Engineer terhadap Teologi Konvensional?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Singkat Ali Asghar Engineer
Engineer lahir tahun 1940 di India,
mendapat gelar BSc Teknik sipil dari Universitas Vikram. Engineer mengajar dbeberapa
perguruan tinggi di Amerika, Kanada, Eropa, Asia Tenggara, Australia, dan beberapa
Negara lain. Dia adalah sosok yang concern
pada Islam, hak perempuan dalam Islam, Islam dan teologi pembebasan, dan sebagainya.
Engineer merupakan sosok yang liberal dan rasional dalam studi Islam yang cukup
dikenal secara internasional reputasinya, kiprahnya dalam melakukan pembebasan teologi
dalam Islam.
Bukan saja teori yang dikampanyekan,
tapi Engineer langsung terjun dengan mendirikan Center for Study Siciety dan Secularism (CSSS) yang mulai sejak
1993 dengan tujuan :
1.
Menyebarkan semangat
sekularisasi dan perdamaian kehidupan bermasyarakat.
2.
Melakukan studi
terhadap fenomena yang berkembang dalam masyarakat dan sekularisasi.
3.
Membentuk ruang
dialog antar umat beragama demi keadilan.
Dia adalah pendiri ketua AMAN (Asian
Muslim Action Network) yang mempromosikan hak asasi manusia dan pemahaman antar
iman di tingkat Asia. Dia telah melakukan loka karya bagi kalangan
muda muslim dengan mengenalkan pentingnya HAM dan pemahaman lintas agama. Dia juga
menjabat sebagai direktur studi Islam yang mempromotori penelitian dan studi
HAM, hidup damai tanpa kekerasan. Selain itu juga dikenal sosok gigih dalam mempertahankan
budaya damai, tanpa kekerasan.
Engineer Ali memegang teguh prinsip sekelarisasi
dan nilai-nilai demokrasi, oleh karenanya dia mendapatkan banyak penghargaan,
diantaranya pemerintah India pernah memberikan penghargaan “Communal Harmony Award” tahun 1997,
Joshi inter-faith award oleh Organisasi Kristiani di Tamil, kemudian tahun 2004
Right Livelihood Award Stockholm Swedia sebagai sosok yang mampu menjawab realitas
saat ini.[1]
B.
Kritik Ali Asghar Terhadap Teologi Konvensional
Menurut Asghar Ali, Islam datang dengan
semangat pembebasan, akan tetapi sepeninggal Nabi Muhammad SAW Islam Kehilangan
Elan Vitalnya. Salah satunya terlihat dalam konsep teologinya. Teologi Islam
yang awalnya dekat dengan keaadilan social dan ekonomi, mulai beralih kemasalah-masalah
eskatologi dan masalah yang bersifat duniawi. Teologi Islam kemudian berkembang
dengan metode skolastik dan spekulatif.[2]
Menurut Asghar, dimulai pada zaman Muawiyah.
Teologi Islam mulai bergulat dengan masalah kehendak berbasis
a viske tunduk pada takdir. Pandangan kehendak bebas ini kemudian dikenal sebagai
pandangan kaum Qadariyah. Sedangkan pandangan ketundukan pada takdir adalah pandangan
kaum Jabbariyah. Dalam pandangan Asghar, pandangan Jabbariyah ini disengaja diintrodusir
oleh penguasa karena lebih cenderung mendukung status quo.
Menurutnya, kaum Sunni banyak menganut paham Jabbariyah ini. Sedangkan kaum Khawarij,
Syi’ah dan Mu’tazilah yang oposan terhadap
dinasti umayyah memilih paham Qadariyah.[3]
Teologi Islam kemudian menjadi sebatas
ilmu Kalam yang skolastik dan spekulatif. Tema kehendak bebas dan ketundukan pada
takdir, menjadi dominan terkait dengan upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang muncul akibat persoalan politik. Kekacauan politik yang melanda umat Islam
menimbulkan banyak pertanyaan tentang dosa besar, mukmin, dan kafir. Inilah
yang ingin diselesaikan secara intelektual oleh Teologi Islam saat itu.[4]
Asghar juga menilai , Islam yang dekat dengan penguasa kemudian kehilangan aspek
pembebasan. Para khalifah umayyah lebih sering bersama penguasa yang tiran,
sekaligus menindas siapa yang menentang. Jumlah budak berlipat ganda. Harem
menjadi budaya istana Khalifah, sedangkan orang non-Arab diperlakukan secara diskriminatif.
Dari konteks inilah maka Teologi
Islam semakin jauh dari perhatian kepada masyarakat lemah. Teologi Islam hanya berbicara
tentang keEsaan Allah, sifat-sifat Tuhan, ketidakmungkinan adanya Tuhan selain
Allah, tentang polemic kehendak bebas dan takdir, dan masalah-masalah eksatologis.
Teologi Islam tidak lagi berbicara tentang bagaimana membantu fakir miskin,
memelihara anak yatim, bersikap kritik terhadap kekuasaan, membebaskan budakd an
orang tertindas, dan tema-tema pembebasan lainnya. Selain itu, keberpihakannya juga
cenderung kepada penguasa. Maka, dalam kondisi demikian, Asghar bisa memahami kritik
Marx bahwa agama adalah candu masyarakat.[5]
C.
Gagasan teologi
Pembebasan Asghar Ali Engineer
1.
Spirit
Pembebasan dalam Islam
Asghar Ali melihat Islam sebagai agama yang mengandung semangat pembebasan.
Oleh karena itu, Asghar mencoba untuk merevitalisasi nilai-nilai pembebasan
Islam dan merumuskan Islam sebagai teologi Pembebasan. Upaya revitalisasi dan
perumusan itu di dasarkan pada dua hal. Pertama, berdasarkan pada analisis
kesejarahan pembebasan yang pernah dilakukan Nabi Muhammad. Dalam hal ini
keyakinan Asghar terhadap Nabi Muhammad sama dengan keyakinan penganut teologi
pembebasan di Amerika latin terhadap Yesus. Kedua, dari banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang secara
eksplisit mendorong proses pembebasan seperti ayat tentang kemerdekaan budak,
kesetaraan umat manusia, kesetaraan gender, kecaman atas eksploitasi dan
ketidakadilan ekonomi, dsb. Sebagian ayat perlu di tafsir ulang karena
penafsiran yang ada saat ini terhadap sebagian ayat itu tidak sesuai lagi
dengan semangat pembebasan, semisal ayat-ayat tentang keadilan gender.
Dari dua hal inilah Asghar ingin menggali teologi pembebasan dari
nilai-nilai Islam. Berbeda dengan Gustavo Guiterez yang tinggal menuliskan apa
yang baru saja terjadi, Asghar mencoba untuk merekonstruksi kembali apa yang
terjadi, terutama pada praksis pembebasan yang dilakukan Nabi Muhammad 14 abad
yang lalu.
2.
Pembebasan dari
Ketidaksetaraan Manusia
Pada zaman Nabi
Muhammad dulu masyarakat Arab dikenal fanatik terhadap suku mereka. Sikap
fanatisme ini terekspresikan dengan memandang rendah orang di luar kelompoknya.
Selain itu, perbudakan adalah sesuatu yang lazim. Tindakan Nabi memilih sahabat
Bilal sebagai muadzin pada waktu itu sungguh merupakan tindakan yang cukup
revolusioner sebab sebelumnya Bilal adalah bekas budak. Dengan cara ini Nabi
menunjukan bahwa harkat martabat manusia melampaui batas-batas etnis, suku,
warna kulit, merdeka atau hamba sahaya.[6]
3.
Pembebasan dari
Ketidakadilan Gender
Pada zaman Nabi untuk pertama kalinya perempuan Arab mendapatkan
banyak hak yang sebelumnya tak terbayangkan. Perempuan pada masa itu dalam
posisi subordinat yang sangat lemah. Nabi menetapkan perempuan bisa mewarisi,
mempunyai hak miliknya sendiri dan bisa menentukan dirinya sendiri. pada sisi
lain, poligami yang sebelumnya tanpa batas kemudian dibatasi maksimal dua
istri. Sedangkan poliandri dengan tegas dilararang. Selain itu, nabi Muhammad
merubah perlakuan masyarakat terhadap anak perempuan. Jika sebelumnya
masyarakat arab mempunyai tradisi mengubur anak perempuannya hidup-hidup karena merasa
malu, maka Nabi kemudian melarang tradisi itu sekaligus merubah stigma negative
terhadap anak perempuan. Selain itu, islam juga memberikan hak yang sama bagi
perempuan untuk mendapatkan pendidikan, hak berpolitik, hak untuk memimpin dan
hak untuk bekerja. Untuk itu, Asghar mengkritik Negara-negara yang
mengatasnamakan Islam melakukan pengekangan terhadap hak-hak perempuan.
4.
Pembebasan dari
Ketidakadilan Ekonomi
Ketidakadilan ekonomi adalah persoalan yang paling banyak
disinggung oleh Asghar Ali. Satu praktek ekonomi yang
saat itu sangat dikecam adalah praktik riba. Dalam konteks kehidupan modern
riba selalu dikonotasikan dengan dunia perbankan dan praktir rentenir. Asghar
tidak setuju dengan penafsiran ini. Menurutnya riba tidak sekedar bunga Bank.
Oleh karena itu, menghilangkan bunga Bank tidak akan berpengaruh banyak
terhadap praktek riba.
Maka kemunculan bank-bank tanpa bunga tidak mempengaruhi
eksploitasi ekonomi tersebut. Tawaran Asghar mengenai masalah ketidakadilan
ekonomi ini sangat problematic. Pada masalah bunga Bank, dia
tidak setuju dengan upaya pendirian perbankan tanpa bunga, karena cara seperti
itu hanya arti ficial dan tidak menyelesaikan persoalan yang sesungguhnya,
yaitu system ekonomi kapitalistik yang eksploitatif.
Akan
tetapi ia belum memberi solusi yang jelas problem perbankan ini. Pada sisi lain
kritiknya atas system tidak disertai dengan tawaran yang kongkrit tentang
system ekonomi alternative. Gagasannya yang cenderung sosialistik tidak serta
merta diikuti dengan tawaran system ekonomi sosialis atau system ekonomi lainya
yang menjadi alternative dari kapitalisme. Untuk konteks sekarang ada banyak
contoh dari Amerika latin yang secara kebetulan merupakan basis teologi
pembebasan. Disana kapitalisme mendapat goyangan yang cukup hebat karena
semakin banyaknya tokoh-tokoh “kiri” yang menjadi presiden. Mereka kemudian
membawa negaranya beralih ke system yang popular dengan sebutan
“neo-sosialisme” yang merupakan revisi dari sosialisme yang dinilai kurang
mampu membawa kemakmuran.[7]
BAB III
KESIMPULAN
Ketika dihadapkan pada persoalan
–persoalan riil kemanusiaan seperti kemiskinan, penindasan dan ketidakadilan,
agama di anggap sebagai institusi yang
mandul, tidak mampu berbicara dan bahkan kadang melegitimasi kepentingan penguasa.
Hal ini karena inti dari ajaran atau teologi dari agama-agama yang ada tidak banyak
perhatian dan keberpihakan kepada kaum yang lemah.
Dalam kerangka ini Asghar mencoba merevitalisasi
nilai-nilai pembebasan Islam untuk merumuskan teologi pembebasan. Upaya ini di
lakukan Aghar dengan dua cara, pertama melakukan analisis secara atas praktik-praktik
pembebasan yang dilakukan oleh Nabi. Kedua dengan menggali nilai-nilai
pembebasan dari ayat-ayat al quran yang berbicara tentang pembebasan budak,
kesetaraan manusia, keadilan ekonomi dan ayat-ayat pembebasan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asghar Ali
Engineer. Islam dan Teologi Pembebasan. 1999. Yogyakarta: Pusat
Pelajar.
E. Kusnadiningrat. Teologi dan pembebasan, Gagasan Islam Kiri
Hasan Hanafi. 1999. Jakarta: Logos.
[1]Https://asep78.wordpress.com/2009/06/24/islam-dan-teologi-pembebasan-asghar-ali-engineer/ Diakses 15
Desember 2014 Pukul 08:47 WIB.
[2] Asghar Ali
Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: Pusat Pelajar,
1999), Hlm. X.
[3] Ibid,
Hlm. 15-19.
[4] E.
Kusnadiningrat, Teologi dan pembebasan, Gagasan Islam Kiri Hasan Hanafi,
(Jakarta: Logos, 1999), Hlm. 29-30.
[5]Https://algaer.wordpress.com/2010/04/08/teologi-pembebasan-asghar-ali-engineer-2/Diakses 15
Desember 2014 Pukul 09:28 WIB.
[6] Asgha Ali
Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
1995, Hlm. 47.
[7]Https://algaer.wordpress.com/2010/04/08/teologi-pembebasan-asghar-ali-engineer-2/Diakses 15
Desember 2014 Pukul 09:28 WIB.
yang benar mana niee. di artikek sebelah tentang biografi Ali Asghar Anginer, mengatakan beliau lahir pada 10 maret 1939..
BalasHapus