Selasa, 26 Juli 2016

Cara Melewati Safelink Converter (Safel.ink)

Cara melewati Safelink Converter
Banyak para blogger menggunakan berbagai macam pemendek url, seperti adfly, adfoc, sht.io, sh.st, safel.ink dan banyak macam lainnya.
Namun kita hanya akan membahas safel.ink saja.

Sebenarnya apa keuntungannya memperpendek link?

1. Memendekkan link
Tentu ini adalah salah satu tujuan para blogger menggunakan pemendek url. Dengan url yang lebih singkat, maka jumlah karakter yang digunakan pun berkurang. Karena sebagian blog ada yang membatasi jumlah karakter dari satu artikel.

2. Penghasilan
Nah untuk yang ini saja jamin "pasti" gan. Apakah ada satu atau lebih blog yang hanya iseng tanpa ada tujuan? Jika memang ada dan Anda adalah salah satunya, maka rubahlah niat Anda gan. Mulailah berbisnis di Internet. Hhe

Oke langsung ke Topik.
Cara melewati Safelinkconverter (safel.ink)
1. Klik salah satu link yang akan dituju
Misalkan Anda mampir di salah satu blog download, saya contohkan Blog download film www.myphonesmovie.com, maka disana Anda akan menemui salah satu link yang menuju safel.ink. Tinggal klik aja linknya.

2. Klik Reveal
Langkah selanjutnya adalah klik "reveal" yang ada pada box untuk mengecek apakah Anda manusia atau bukan. Hal ini juga akan membawa kita kelangkah berikutnya. Dengan menekan tombol "reveal" maka Anda akan mendapat sebuah kalimat dibawah box.

3. Tulis kata sesuai dengan yang diminta
Misal kita diberi kata "Flannel Short" maka tulislah sesuai yang ada.

4. Klik link
Setelah itu sobat akan diberi link yang sesungguhnya.

Mudah bukan cara melewati safelinkconverter (safel.ink)?

Kamis, 01 Oktober 2015

Makalah Problem Kualitas Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.
Selain itu, sistem pendidikan nasional cenderung menempatkan porsi pengajaran lebih besar daripada porsi pendidikan, sehingga kegiatan pendidikan cenderung diidentikkan dengan proses peningkatan, keterampilan, dan kecerdasan belaka. Sementara itu, urusan pembentukan kepribadian unggul dan budaya mutu belum diperhatikan secara mendasar. Suasana ini berakibat langsung pada orientasi pembelajaran yang lebih mengutamakan proses penguasaan materi dan nilai daripada pembentukan kepribadian. Sistem dan proses itulah yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kualitas diri.[1] Masalah tersebut merupakan salah satu problematika kualitas pendidikan yang lebih lengkapnya akan dibahas pada makalah ini.


B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kualitas pendidikan?
2.      Apa saja problematika kualitas pendidikan?
3.      Bagaimana upaya mengatasi problematika kualitas pendidikan?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui pengertian kualitas pendidikan.
2.         Untuk mengetahui problematika kualitas pendidikan.
3.         Untuk mengetahui upaya mengatasi problematika kualitas pendidikan.









BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kualitas Pendidikan
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu, baik buruknya barang”. Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.[2]
Sedangkan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan. Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik.
Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.
Kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Dalam konsep ini kualitas mirip dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang ideal tanpa ada kompromi. Bila dipraktikkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut bersifat elitis. Dalam konsep relatif, kualitas bukan merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dianggap berkualitas jika barang atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan.[3]
Jadi, kualitas dalam konsep absolut hanya mengedepankan kualitas pada akhir pembelajaran sedangkan dalam konsep relatif, kualitas bukan tujuan akhir dalam pembelajaran namun kita jadikan patokan atau pedoman.

B. Problem kualitas pendidikan
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yang sudah menjadi anggapan dari banyak kalangan merupakan perwujudan bahwa negara Indonesia masih membutuhkan sentuhan yang lebih mendalam oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari beberapa indikator:
1.        Lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki,
2.        Peringkat sumber daya manusia di Indonesia yang masih rendah,
3.        Mutu akademik yang dimiliki siswa maupun mahasiswa yang masih rendah,
4.        Posisi perguruan tinggi di Indonesia yang dianggap favorit  seperti UI dan UGM masih dibawah universitas di negara lain,
5.        Ketertinggalan bangsa Indonesia dibidang IPTEK dibanding negara lain.[4]
Muhammad Tholchah Hasan menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ini belum maksimal memerhatikan kepentingan anak-anak. Pendidkan di Indonesia memang masih bercorak memihak dan belum benar-benar memberikan jawaban terhadap kepentingan pengembangan atau kualitas sumber daya manusia.
Paparan ini menunjukan bahwa masyarakat di Indonesia ini belum serius memperhatikan masalah kualitas sumber daya manusia dan sikap masyarakat yang masih belum serius memerhatikan pendidikan anak-anak itu membuat sumber daya manusia belum layak untuk diandalkan mampu menjawab problem sosial.[5]
Banyak masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah program nilai. Kebanyakan sekolah hanya mementingkan nilai dibandingkan kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik. Paserta didik hanya dibekali dengan teori-teori tanpa mengenal fungsi dan tujuan yang sebenarnya, sehingga lulusan yang dicetak tidak jarang dari mereka menganggur karena tidak mempunyai keahlian yang dimiliki.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan yaitu:
1.        Faktor internal
            Faktor internal meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan daerah. Dalam hal ini interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
2.        Faktor eksternal
Adalah masyarakat pada umumnya, dimana masyarakat merupakan ikon pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk:
1.         Rendahnya kualitas sarana fisik
Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dann penggunaan media yang rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Bahkan banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,dan sebagainya.

2.         Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kabanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya yaitu merencanakan pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru bukan satu-satunya faktor penetu keberhasilan pendidikan, tetapi pegajaran merupakan titik sentralpendidikan dan kualifikasi sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang memiliki tanggungjawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3.         Rendahnya kesejahteraan guru
Dengan pendapatan yang rendah, terang saja seorang guru mencari pekerjaan sampingan. Dengan adanya UU guru dan dosen barangkali kesejahteraan guru dan dosen agak lumayak. Dalam UU  pasal 10 itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Didalam pasal tersebut disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai..
4.         Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan yang telas disebutkan diatas, pencapaian prestasi siswapun menjadi tidak memuaskan.
5.         Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat SD, layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan pada usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia. Untuk itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6.         Mahalnya biaya pendidikan [6]
Dengan faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, jelas bahwa pendidikan di Indonesia perlu diperbaiki mulai dari pengajarnya, sarana prasarana, dan proses pembelajaran.
C.      Upaya Mengatasi Problematika Kualitas Pendidikan
Pada masa sekarang, visi pendidikan tidak lagi berorientasi pada sentralisasi kekuasaan, melainkan desentralisasi dan memberikan otonomi kepada satuan di bawah atau kepada daerah. Di masa depan demokrasi dalam bidang pendidikan sekaligus menunjukkan bahwa negara bukan satu-satunya penyelenggara pendidikan. Bidang pendidikan harus menjadi rujukan bagi praktik demokrasi di Indonesia.
Yang perlu diperhatikan pula adalah meletakkan information technology, yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pendidikan. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak akan ketinggalan dengan percaturan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di belahan dunia luar Indonesia.
Memperhatikan berbagai kondisi dewasa ini maka hal yang perlu dike depankan, yaitu: bagaimana memberdayakan lembaga pendidikan agar menjadi lembaga human investment, hal-hal apakah yang perlu dilakukan agar otonomisasi penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan baik.[7]
Upaya-upaya sederhana yang dilakukan untuk mengatasi problematika kualitas pendidikan diantaranya adalah:[8]
1.    Berpegang pada asas dan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan. Lima asas pendidikan antara lain: asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, asas kemanusiaan.
2.    Peningkatan kualitas guru. Guru memegang peranan penting dalam kualitas pendidikan baik kualitas proses maupun kualitas lulusan. Namun demikian, sehebat apapun kualitas dan kepedulian guru dalam mengembangkan pendidikan akan terganjal ketika ada kebijakan pemerintah yang bersifat mengikat. Contoh, sekuat apapun keinginan guru dalam membangun hakikat pendidikan dan budaya belajar yang baik akan terganjal oleh kebijakan ujian nasional dimana guru dipaksa mengiringi peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjawab sejumlah soal. Sekalipun demikian, guru atau pendidik harus memiliki kepedulian untuk meningkatkan kualitas dan kematangan peserta didik secara optimal.
3.    Mengembangkan metode pembelajaran. Mengingat guru berhadapan dengan beragam minat, motivasi, gaya belajar dan kecepatan serta beragamnya kemampuan peserta didik dalam memahami dan menafsirkan materi pembelajaran maka guru harus pandai meracik metode mengajar yang mampu menjawab beragam perbedaan minat, motivasi, kemampuan, karakteristik dan gaya belajar peserta didik.
4.    Meningkatkan pembelajaran. Sejalan dengan tugas, fungsi, dan peran guru, maka orientasi dan fokus pembelajaran diarahkan pada pembentukan jat diri peserta didik.
Cara lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menerapkan Total Quality Management (TQM). TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk jasa manusia dan lingkungan. TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan terus menerus dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan saat ini dan dimasa mendatang. Organisasi pendidikan yang menerapkan TQM memandang kualitas dari sudut pandang pelanggan. Alasannya karena pelangganlah sebagai pihak terakhir yang menilai kualitas dan tanpa pelanggan maka suatu organisasi tidak akan ada.[9] Dalam hal ini kualitas didefinisikan sebagai memuaskan pelanggan, melebihi kebutuhan dan keinginannya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting berikut ini:
1.      Kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Dalam konsep ini kualitas mirip dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang ideal tanpa ada kompromi. Bila dipraktikkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut bersifat elitis. Dalam konsep relatif, kualitas bukan merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dianggap berkualitas jika barang atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan.
2.      Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk:
1.      Rendahnya kualitas sarana fisik
2.      Rendahnya kualitas guru
3.      Rendahnya kesejahteraan guru
4.      Rendahnya prestasi siswa
5.      Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
6.      Mahalnya biaya pendidikan
3.      Upaya-upaya sederhana yang dilakukan untuk mengatasi problematika kualitas pendidikan diantaranya adalah: Berpegang pada asas dan prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan, Peningkatan kualitas guru, Mengembangkan metode pembelajaran, Meningkatkan pembelajaran
B.       Saran
Dengan telah tersusunnya makalah ini, pembaca disarankan apabila ingin melakukan kajian terhadap pembuatan makalah yang serupa agar menjadikan makalah ini sebagai referensi.




[1] Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 15-16.
[2]Diakses dari http://pandidikan.blogspot.co.id/2011/05/kualitas-pendidikan.html, pada tanggal 14 september 2015, pukul 16:43.

[3] Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 67.
[5] M. Bashori Muchsin, Moh. Sulton, dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Humanistik Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak,(Bandung: PT.Refika Aditama, 2010), hlm 42-43.
[6] Irvan Jaya Musrida,´”Makalah Permasalahan Pendidikan di Indonesia”, diakses dari https://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ pada 19 September 2015 pukul 10:50 WIB.
[7] Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 7-8).
[8] Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing,.. hlm. 37-67.
[9] Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm.79.

Sabtu, 19 September 2015

Makalah Wahdatul Wujud









WAHDATUL WUJUD



MAKALAH
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Hj. Khusnul Khotimah, M.Ag.

Disusun oleh:
1.      Amani Fahmi Nur Khasanah          (1423301035)
2.      Andi Hidayat                                     (1423301036)
3.      Andri Setiono                                    (1423301037)
4.      Anik Faizatul Syafa                          (1423301038)
5.      Candra Apriliani Eka Pratiwi         (1423301039)
6.      Defan Zamathoriq                            (1423301040)

1 PAI B
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2014





BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
          Wahdatul wujud adalah istilah kontroversial diantara kaum muslimin. Bagi sebagian mereka wahdatul wujud pada khususnya, dan tasawuf pada umumnya, adalah bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yang murni. Yang lain menolak wahdatul wujud dan menganggapnya sebagian sesuatu yang berbahaya bagi umat islam, khususnya mereka yang awam, seraya menerima tasawuf sebagian yang berbahaya, seraya menerima tasawuf sebagai bagian yang integral dari Islam. Tapi bagi yang lain wahdatul wujud adalah kulminasi dari pengalaman mistik dalam Islam yang dalam beberapa hadist Nabi SAW disebut ihsan.


2.      Rumusan Masalah
          Makalah ini akan difokuskan pada:
1.      Apa pengertian wahdatul wujud?
2.      Siapakah tokoh yang mengembangkan wahdatul wujud?
3.      Bagaimana konsep wahdatul wujud menurut pandangan islam?
4.       Bagaimana cara mengimplementasikan wahdatul wujud?








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Wahdatul Wujud
          Wahdatul wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian, Wahdatul wujud memiliki arti kesatuan wujud. Kata wahdah selanjutnya digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Di kalangan ulama klasik ada yang mengartikan wahdah sebagai sesuatu yang zatnya tidak dapat dibagi-bagi pada bagian yang lebih kecil. Selain itu, al-wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sulfistik sebagai suatu kesatuan antara makhluk dan roh, lahir dan batin, antara alam dan Allah, karena pada hakikatnya alam adalah Qadim dan berasal dari Allah. [1]
          Paham wahdatul wujud  merubah sifat nasuf yang ada dalam Hulul menjadi Khalaq ( ﻤﺨﻠﻮﻖ : makhluk) dan sifat Lahut menjadi Haq (ﺤﻕ : Tuhan). Keduanya (Khalaq dan Haq) menjadi suatu aspek, dimana  Khalaq sebagai aspek disebelah luar, dan Haq sebagia aspek sebelum dalam. Kata Khalaq dan Haq merupakan sinonim dari “Al-‘ard” dan “Al-Jauhar” dan juga dari “Al-Zahir”(lahir, dalam) dan ”Al-Batin” (batin, dalam).Aspek ‘Ard dan khalaq mempunyai sifat kemakhlukan, dan Al-Jauhar dan haq mempunyai arti ketuhanan. Sehingga setiap yang berwujud pasti memunyai sifat kemakhlukan dan sifat ketuhanan.[2]
          Selanjutnya paham ini juga mengambil pendirian bahwa dari kedua aspek tersebut yang terpenting adalah aspek batin atau Al-Haqq yang merupakan hakikat essensi dan substansi. sedangkan aspek Al-Khalq, luar danyang tampak merupakan bayangan yang ada karena aspek yang pertama (Al-Haqq). Paham ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham bahwa antara makhluk dan tuhan sebenarnya satu kesatuan dari wujud tuhanyang, dan yang sebenarnya ada adalah wujud tuhan itu. Paham ini dibangun dari suatu dasar pemikiran bahwa Allah sebagai diterangkan dalam Al-hulul, ingin melihat diriNya diluar diriNya, dan oleh karena itu dijadikannya alam ini. Dengan demikian alam ini merupakan cermin Allah. Paham ini juga mengatakan seperti bahwa yang ada di alam ini terlihat banyak, namun pada dasarnya hanya satu. Hal ini sama halnya jika seseorang bercermin dalam beberapa kaca. Ia melihat dirinya terlihat banyak, namun sebenarnya hanya satu. Dalam Fushush Al-Hikam sebagai dijelaskan oleh Al-Qashimi dan dikutip oleh Harun Nasution, pandangan wahdatul wujud ini terlihat dalam ungkapan hadist:
                                         
ﻮﻤﺎﺍﻠﻮﺠﻪﺍﻻﻮﺍﺤﺪﻏﻴﺮﺍﻨﻪﺍﺬﺍﺍﻨﺖﺍﻋﺪﺪﺖﺍﻠﻤﺮﺍﺒﺎﺘﻌﺪﺪﺍ
       wajah sebenarnya satu, tetapi jika engkau perbanyak cermin ia menjadi banyak”

          Sebagai pokok persoalan wahdatul wujud adalah yang sebenarnya berhak mempunyai wujud hanyalah satu, yaitu Tuhan. dan wujud dari selain tuhan hanyalah wujud bayangan-Nya. Pemikiran filasafat demikian berkembang dan  membias pada konsep insane kamil atau manusia sempurna. yang dimaksud manusia sempurna menurut Abdul Karim Al-Jili (w.1428 M) adalah manusia cerminan Tuhan. Yang dimaksud manusia sempurna adalah sempurna dalam hidupnya. Seseorang dianggap sempurna dalam hidupnya apabila memenuhi aakriteria-kriteria tertentu.
          Tuhan adalah maha suci, Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci. Dan pensucian roh ini dapat dilakukan dengan meninggalkan hidup kematerian dan dengan mendekatkan diri dengan Tuhan sedekat mungkin, dan jika bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih hidup. Untuk mencapai macam insane kamil, seseorang lebih senang dengan menempuh cara hidup sebagai seorang hidup sebagai seorang sufi. Kehidupan seorang sufi lebih menonjolkan segi kerohaniannya dalam kehidupannya. Tentu prinsip ajaran yang berkaitan dengan hidup kerohaniannya akan senaniasa diukur dengan Al-Quran dan sunah Nabi SAW.[3]
          Dalam dunia yang masyarakatnya berkembang, seringkali menghadapi problema  seperti kesenjangan antara nilai duniawiyah dengan nilai ukhrawiyah. Dalam situasi demikian tasawuf merupakan solusi pilihan untuk mengatasi masalah ini.
          Dalam kalangan generasi muda yang tertarik menempuh jalan tasawuf lebih memilih ajaran tasawuf yang dapat memadukan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Maka saat-saat kontemplasi diinterpretasikan bukan sebagai saat untuk mengisolisir diri dari masyarakat, tetapi lebih untuk merenung, menyusun konsep, dan berinovasi untuk melakukan perubahan sosial dengan acuan Al-Quran dan hadist.

B.     Tokoh Wahdatul wujud dan Ajarannya
1.      Muhy Al-Din Ibnu Arabi
          Ibnu Arabi lahir di kota Murcia, Spanyol pada tahun 1165. Ibnu Arabi belajar di Seville, kemudian setelah selesai pindah ke Ruris. Di sana ia mengikuti dan memperdalam aliran sufi. Negeri negeri yang pernah ia kunjungi anatara lain Mesir, Syiria, Iraq, Turki, dan akhirnya ia menetap di Damaskus. Disana ia meninggal dunia pada tahun 1240 M. Diantara karya beliau yang terkenal adalah buku dlam bidang tasawuf yang berjudul “Futuhat Al-Makkah” (pengetahuan-pengetahuan yang dibukukan di Mekkah) dengan tersusun sebanyak 12 jilid. Buku terkenal lain          nya berjudul “Futuh Al-Hikmah” (Permata-permata hikmat). [4]
          Menurut Hamka, Ibnu Arabi dapat disebut sebagai orang yang telah sampai pada puncak wahdatul wujud. Dia telah menegakkan pahamnya dengan berdasarkan renung pikir dan filsafat dan zauq tasawuf. Ia menyajikan ajaran tasawufnya dengan bacaan yang agak berbelit-belit dengan tujuan untuk menghindari tuduhan, fitnah, dan ancaman kaum awam sebagai mana dialami Al-Hallaj. Baginya, wujud itu hanya satu. Wujudnya makhluk adalah ‘ain ujud Khaliq. Dalam Futuhat Al-Makkah, Ibnu Arabi berkata, ”Wahai yang Menjadikan segala sesuatu pada dirinya Engkau bagi apa yang Engkau jadikan, mengumpulkan apa yang Engkau jadikan, barang yang tak berhenti adanya pada Engkau Maka engkaulah yang sempit dan lapang.”[5]
          Ringkasannya  tasawuf Ibnu Arabi yang bersatu dengan Tuhan bukan hanya manusia tetapi semua makhluk. Semuanya mempunyai wujud satu dengan Tuhan. Oleh sebab itu ada orang yang menyebut filsafat Ibnu Arabi ini panteisme, sungguhpun nama itu tidak sesuai dengah Wahdah Al-wujud.[6]
2.      Syekh Siti Jenar
          Juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang. Adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai sufi dan juga salah satu penyebar agama islam dipulai Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal yaitu Manunggaling Kawula Gusti, akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang di buatnya meskipun demikian, ajaran yang mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengajarkan cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan Walisongo. Pertentangan praktek sufi beliau dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang ditentukan oleh Walisongo.

C.    Konsep manusia yang sehat dan sakit menurut paham wahdatul wujud
1.      Konsep manusia yang sehat
          Manusia adalah hamba tuhan karena tuhan telah ber-ilusinasi secara dzatiyah pada manusia sehingga manusia adalah dzat Tuhan-an, karena kejadiannya yang demikian itu ia disebut insan kamil atau nuskhat ilahi. Sedangkan manusia lain hanya menerima pancaran tajali saja, sehingga hanya beberapa aspek yang sama dengan Tuhan. Hingga ia sampai pada suatu keadaan yang memungkinkannya untuk dapat melihat, mendengar dan berbicara melalui Tuhan serta bersama Tuhan, artinya ia telah diberi Tuhan suatu kemampuan yang sama dengan Tuhan, sehingga seluruh perilakunya ialah atas nama Tuhan. Dari konsep diatas, jika dijalankan oleh manusia, maka dapat dikatakan bahwa manusia itu telah sehat.
2.      Konsep manusia yang sakit
          Manusia yang sakit dalam pandangan ajaran tasawuf wahdatul wujud ini adalah manusia yang tidak tahu tujuan Tuhan menciptakan alam dan dirinya sendiri. Kata Ibnu Arabi adalah agar Ia bisa melihat diri-Nya sendiri dalam bentuk yang dengan nampak jelas asma dan sifat-Nya. Kesadaran manusia bahwa ada wujud Tuhan esensial di alam ini tidak menyentuh hatinya bahkan mengingkari akal sehatnya.[7]

D.    Implementasi paham wahdatul wujud
          Setelah dipaparkan pengertian keterkaitan konsep wahdatul wujud yang bertujuan agar manusia menjadi insan kamil melalui proses sufistis dengan client yang datang kepada konselor ialah konsep penenangan diri dalam rangka mnemukan masalah yang ia alami menjadi manusia yang mandiri dan bebas. Prinsip yang khas dan dapat di implementasikan dari teori ini adalah ketauladanan yang sejati, artinya apa yang konselor lakukan dapat benar-benar dipahami. Konsep manusia yang sehat menurut tasawuf ini ialah manusia yang sudah mencapai derajat insan kamil, sebaliknya manusia yang sakit ialah manusia yang ragu terhadap sang Penciptanya. Apabila semua orang menerapkan maqom ini, dunia mungkin terlihat aneh, tidak ada aktivitas. Kehidupan akan terasa hampa seperti tidak ada penghuninya.
           Wahdatul wujud sebagai suatu ilmu mempunyai metode, dengan metode itulah fungsi dan tujuan serta aplikasi yang esensial dari ilmu ini dapat tercapai dengan baik, benar dan ilmiah. Terhadap seorang konselor pemahaman yang dapat ia terapkan dalam membantu kliennya maka ia harus mempunyai keyakinan yang dapat diraih melalui: ilmul yaqin ‘ainul yaqin, haqqul yaqin serta kamalul yaqin.
           Adapun prinsip-prinsip yang dapat dipahami dalam tasawuf Ibnu Arabi ini dalam pelaksanaan konseling maupun psikoterapi Islam ialah prinsip tauhid, prinsip tawakal, prinsip syukur, prinsip sabar, prinsip taubat nasuha, prinip hidayah Allah dan prinsip zikrullah.
Prinsip-prinsip yang khas dan dapat diimplementasikan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1.      Harus ada kesabaran yang tinggi dari konselor.
2.      Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik.
3.      Saling menghormati dan menghargai.
4.      Bukan tujuan menjatuhkan dan mengalahkan klien tetapi membimbing klien mencari kebenaran.
5.      Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang.
6.      Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus.
7.      Tidak menyinggung perasaan klien.
8.      Mengemukakan dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah dengan tepat dan jelas.
9.      Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam prose
10.  Konseling benar-benar dipahami di implementasikan dan dialami konselor.[8]






BAB III
PENUTUP
          Allah mutlak dengat keterbatasan dan terbatas dengan kemutlakannya dengan kata lain  Allah mutlak dari segi dzatnya yang maha suci dari segala sifat dan terbatas dalam kemutlakan dengan nama-nama, sifat-sifat, dan fenomena-fenomena alam. Jadi, penampakan-Nya itu sendiri tidak terbatas karena kalimatnya tidak pernah habis, inilah yang disebut lautan tak bertepi. Dialah yang Maha Esa dalam banyak rupa dan rupa yang banyak yang pada hakikatnya wajah-wajah dari dzat yang Esa. Dialah penghimpun segalanya yang membedakan segalanya dalam berbagai rupa. Aspek keindahan mewakili Tasybih dan aspek keagungan mewakili Tanzih. Keduanya itu mewujudkan kesempurnaan pada dzatnya, namun keseluruhannya itu menunjukan kemutlakan yang tak terhingga.


















DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mustofa, Akhmad. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.




[1]Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 247.
[2] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 275.
[3] Ibid, hlm. 276.
[4] Ibid, hlm. 278.
[5] Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 253-254.
[6] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 279.
[7]http://rusdimoh0.wordpress.com/2013/03/28/wahdatul-wujud/ diakses pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 19.39 WIB.
[8] Ibid.